Tinggal Kenangan Dari Sport Hall, Sebuah Peradaban yang Hilang

Coga Opini86 Dilihat

 

Foto : Direktur Lembaga Kajian Kebijakan Publik dan Pembangunan Daerah (LKKPPD) Prov. Sumsel, Ir. Suparman Romans

COGANEWS.COM | PALEMBANG--Sport Hall, salah satu pusat aktivitas olahraga di Palembang yang pernah ada. Sebuah bangunan kokoh dan megah dengan hamparan kolam retensi alam berada disisi sebelah selatan, dikelilingi rimbun pohon pelindung.

Bangunan ini adalah saksi sejarah diselenggarakannya perhelatan nasional Pekan Olahraga Mahasiswa IX di tahun 1970-an.

Saat saya masih sekolah di SMK, Sport Hall tetap berdiri tegar dan kokoh hingga menjadi venue pelaksanaan PON XVI tahun 2004. Tatkala Sumsel dipercaya menjadi tuan rumah, dan menorehkan tinta emas dalam sejarah prestasi olahraga, yakni masuk 5 besar nasional.

Namun, kebanggaan itu kini tinggal kenangan, ibarat lukisan di atas kanvas yang terkena tumpahan cat, hilang semua wujud dan maknanya. Sport Hall hanya sebuah sejarah kebanggaan masa lampau bagi penggiat olahraga di Sumsel.

Gedung kokoh itu tak lagi terlihat, sudah disulap menjadi pusat perbelanjaan (Mall) bagi kaum masyarakat elit golongan ekonomi menengah ke atas. Bahkan juga menjadi tempat berkumpulnya para borjuis bercengkerama, meeting bisnis maupun sekedar melepas kepenatan dari rutinitas kerja.

Tidak ketinggalan kaum ibu-ibu sosialita yang menjadikan pusat perbelanjaan paling bergengsi di ibu kota provinsi Sumsel ini. Sebagai pusat pamer gaya hidup “high class” mereka.

Apakah Sport Hall (GOR) dimusnahkan? Tidak sama sekali. Gedung kokoh itu sekarang sudah dibungkus dengan wajah yang jauh lebih cantik serta fasilitas yang jauh lebih lengkap.

READ  Adzanu Getar Nusantara : Untuk Pilwako Palembang, Partai Gerindra Miliki Banyak Kader Potensial

Namanya pun sudah lebih keren dengan sebutan Palembang Sport Center City (PSCC), yang dibangun dan dikelola oleh pihak investor dengan pola BOT (Build-Operate-Transfer).

Dalam artian harfiahnya adalah kerjasama antara pihak pemerintah provinsi dengan pihak ketiga (investor), dimana pihak investor diberi kontrak kerja untuk membangun serta mengelola aset bangunan Sport Hall berikut lahan yang ada di sekitar lingkungannya.

Setelah habis kurun waktu masa kontrak, maka aset tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah provinsi dan menjadi hak sepenuhnya pemerintah.

Pertanyaannya, berapa lama masa kontrak tersebut? dan jika dilihat dari sisi kepentingan penggiat olahraga, apa feedback (manfaat balik) dari proyek BOT atas aset olahraga kebanggaan masyarakat Sumsel tersebut?

Muncul juga pertanyaan lainnya, dimana posisi para penggiat olahraga? Khususnya atlet dan pelatih yang selama ini dituntut untuk terus memacu prestasi mereka, sedangkan di sisi lain hampir tidak mungkin lagi mereka bisa memanfaatkan sarana olahraga yang megah (PSCC) untuk melakukan aktivitas latihan maupun kompetisi di situ.

Bagi para penggiat olahraga prestasi, saat ini PSCC menjadi sebuah sarana olahraga yang mustahil bisa dinikmati oleh para penggiat olahraga kategori amatiran kelas teri.

Saya sendiri miris membayangkan harga sewa PSCC yang konon kabar burungnya untuk per hari pemakaian tak kurang dari 75-85 juta rupiah. Membayangkannya saja sudah ngeri-ngeri sedap (istilah anak medan), apalagi jika memang benar menyewanya.

READ  Adv Agus Rival Wijaya SH : "Saya Akan Menjaga Nama Baik Advokat"

Dan yang lebih miris lagi, konon PSCC justru lebih sering secara rutin menjadi tempat kegiatan keagamaan. Sementara insan penggiat olahraga seperti pungguk merindukan bulan, hanya mampu menghayal serta bermimpi untuk bisa menikmati fasilitas dan kemewahan PSCC.

Siapa sesungguhnya pihak yang paling bertanggung jawab atas hilangnya sebuah peradaban? Ada Eksekutif, Legislatif, Yudikatif. Insan olahraga itu sendiri yang baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kusut masanya permasalahan proyek BOT Sport Hall/PSCC.

Saatnya para pemangku kebijakan di daerah ini untuk mengevaluasi komitmen pihak investor terhadap fungsi PSCC yang dulunya kita kenal dgn sebutan Sport Hall/Gedung Olah Raga (GOR) Sriwijaya.

PSCC adalah milik rakyat Sumsel yang semata-mata dimanfaatkan oleh pihak investor untuk kepentingan bisnisnya. Jangan sampai karena melindungi kepentingan mereka, maka kita mengorbankan kepentingan pembinaan prestasi para atlet kita hingga puluhan tahun.

Ya, PSCC mungkin kita plesetkan saja menjadi bahasa stand up comedy, “Palembang Sport Cawe Cawe”.

Oleh: Suparman Romans, Direktur Lembaga Kajian Kebijakan Publik dan Pembangunan Daerah (LKKPPD) Prov. Sumsel.
Editor : @Hafid Zainul