Ritual Ruwat Bumi Hok Tek Cin Sin 2020 Oleh Umat Konghucu

Coganews.co.id | Palembang – Ruwat Bumi Hok Tek Cin Sin 2020 (merupakan kegiatan ritual oleh umat Konghucu) diselenggarakan oleh Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) Sumsel, yang di gelar di Kelenteng Kong Miao Jakabaring Sport City, kamis (1/10/2020)

Acara ini di hadiri Ahmad Najib Plt Asisten 1 Bidang Pemerintahan Kesra Pemprov, Ketua MATAKIN Sumsel Sakim Nanda Budi Setiawan Homandala.

Ruwat Bumi Hok Tek Cin Sin 2020 yang mana Ritual ini sudah dijalani tanggal 27 September- 1 Oktober 2020, suatu Ritual untuk membersihkan Bumi agar pandemi covid-19 ini dapat berakhir.

Ahmad Najib SH. M.H Plt Asisten 1 Bidang Pemerintahan Kesra Pemprov mengatakan dalam rangka Ruwat Bumi Hok Tek Cin Sin 2020 memohon agar warga Konghucu terbebas dari malapetaka dan tetap mematuhi protokol kesehatan.

READ  Klaim Prestasi Firli di Tahun Pertama Untuk Negeri

“Mari kita jaga alam dan intropeksi diri bahwa covid-19 ini jangan sampai suatu penyakit tapi suatu ujian. Maka kita berusaha menjaga kondisi covid-19 tapi tetap juga tidak boleh tidak produktif,” ucapnya.

Bagaimana memberikan edukasi kepada generasi muda agama konghucu khususnya dengan memberikan kearifan lokal contohnya kue bulan itu kepercayaan keyakinan.

“Suatu Komitmen pak Gubernur kita harus tetap jaga kerukunan yaitu harus bersama-sama untuk membangun. Kita tahu bermacam macam keanekaragaman di Sumsel ini tetap harus menjaga kekayaan alam dan budaya,” ungkapnya.

“Harapannya kita harus jaga kerukunan mari kita jaga kebersamaan dalam suasana covid-19 tetap berdoa dan berusaha serta menjaga dan mematuhi protokol kesehatan,” tandasnya.

Sakim Nanda Budi Setiawan Homandala selaku Ketua MATAKIN menambahkan, “Kita melakukan Ruwat Bumi untuk Dewa Bumi, kami pilih bertepatan tanggal 15 bulan 8 Imlek ini adalah hari Kesempurnaan Bumi sendiri.”

READ  Sidang AIPA ke 42, Hafisz Tohir: Integrasi Digital ASEAN Berpotensi Hasilkan 1 Triliun US

Tujuannya adalah memohon kepada Tuhan agar pandemi covid-19 ini dapat berakhir dan
sirna dari muka bumi, serta rakyat dapat sejahtera kembali.

Karena di dalam ini kami membuat kue apem yaitu kue keberuntungan jika hasilnya mekar maka doa kita akan tercapai.

Harapan untuk umat beragama kita saling menjaga Kerukunan umat beragama saling mengisi dan bahu membahu, kita tidak boleh membedakan kepentingan pribadi kita harus menjaga persatuan dan kesatuan untuk menjaga keharmonisan toleransi umat beragama antara pemerintah dan umat beragama.

“MATAKIN kalau di Palembang baru dua tahun berjalan tapi praktek Konghucunya tetap berjalan karena kepercayaan tidak bisa hilang,” pungkasnya. (Ocha)