Coganews.co.id I Jakarta – Prof. Jimly Asshiddiqie tokoh nasional asal Ogan Komering Ulu (OKU) serius mengawal Tokoh Muda cukup memasyarakat ini, Ir. H. Hafis Musthafa dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), sekarang ini sedang penjaringan partai politik (Parpol) yang punya kursi di DPRD setempat.
Hal ini dikatakan Tim SAHAM (Sahabat Hafis Musthafa) di Jakarta, Jum’at, 10/05/2024 dalam rapat Tim Kerjanya.
Menurut M. Syarman H Tjik, tokoh pendiri Kesatuan Angkatan Muda Sriwijaya (KAMSRI), bung Hafis Musthafa ini memang sangat dekat dengan JAS (maksudnya, Jimly Asshiddiqie) dan tokoh-tokoh sumatera Selatan (Sumsel) bahkan Tokoh Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel). Setiap event yang diadakan oleh organisasi skup Sumsel dan Sumbagsel, Hafis Musthafa selalu hadir sebagai penggerak utamanya dan acara berlangsung dengan sukses. “Wajar saja jika dia dekat dengan JAS dan mendapat dukungan serius dari pak Prof. JAS”, kata tokoh ini sangat meyakinkan.
“Kalau sudah digaransi dan didukung Prof Jimly. Insyaa Allah jadi ini barang”, katanya sedikit humor. “Hafis Musthafa tidak perlu kita ragukan kemampuannya dalam memimpin rakyat atau masyarakat. Ini sudah teruji dalam dia berorganisasi, lama di KAMSRI dan menjadi kepanitiaan dalam pengumpulan massa yang besar. Ini tidak semua orang bisa”, kata tokoh yang selalu memakai kostum khas kalangan muda.
“Kunci memimpin itu adalah dekat dengan rakyat/masyarakat. Karena sesungguhnya pembangunan itu melibatkan rakyat. Pemerintah tidak bisa jalan jika tidak didukung atau tidak terlibat partisipasi rakyat”, lanjutnya.
“Karena Hafis Musthafa ini orang pesantren, berbasis agama yang kuat. Hal seperti itu, pendekatan kepada masyarakat bukan hal yang menjadi persoalan. Sudah domainnya dia”, imbuhnya.
“Pemerintah banyak yang gagal karena tidak dekat dan bersama rakyat sesungguhnya. Hanya dekat kepada orang-orang tertentu, pilih-pilih. Bahkan dia menjadi menara gading, tanpa bersentuhan dengan rakyat. Rakyat yang butuh rakyat yang merapat. Jadi pemimpin tidak landing di tengah masyarakat. Ini kebanyakan sekarang ini”, katanya membeber persoalan kepala daerah kebanyakan.
“Kepala Daerah itu hendaknya menjadi pemimpin, bukan jadi pimpinan. Ini harus kita tanamkan”, katanya mengingatkan.
“Sekarang sudah tidak laku lagi sistem feodalisme, pemimpin minta dilayani rakyat. Pemimpinlah yang harus melani rakyat “, katanya mengakhiri.
(Azkar Badri)