PELUNCURAN BUKU SAKU BUNDA AS SEBAGAI PENERAPAN KONSEP PENTAHELIX DALAM PENANGANAN STUNTING DI KABUPATEN MUBA.

Kemunduran di bidang kesehatan dapat berdampak terhadap hampir seluruh lini kehidupan manusia. Begitu pula dengan permasalahan kesehatan terkait gizi yang dampaknya juga besar. Anak yang mengalami stunting pada masa balitanya, dapat mengalami kemunduran dalam hal kecerdasan kognitif maupun perkembangan fisiknya. Pada masa dewasa, balita yang mengalami stunting, berpotensi mengalami kemunduran kemunduran dalam hal produktivitas kerja. Hal ini dapat berdampak terhadap terganggunya perekonomian keluarga, masyarakat bahkan negara. Jika kasus stunting tidak ditanggulangi maka harapan kita untuk dapat memetik bonus demografi di tahun 2045 hanya menjadi angan belaka. Hal ini disampaikan oleh Assisten 3 bidang perekonomian dalam acara publikasi data stunting di ruang pertemuan hotel ranggonang tanggal 1 oktober 2024.
Selain itu acara ini juga turut dihadiri oleh kepala dinas kesehatan, dalam paparannya dr. H. Azmi Dariusmansyah juga menjelaskan Angka stunting pada anak balita di Indonesia mencapai 24,8% dari total balita yang ada pada tahun 2021 (SSGI, 2021). Angka ini turun menjadi 21,6% pada tahun 2022 dan 21,5% pada tahun 2023 (SSGI 2022, SKI 2023). Di Kabupaten Musi Banyuasin sendiri prevalensi stunting pada balita berdasarkan hasil SSGI Tahun 2021 berada pada angka 23% dan pada tahun 2022 di angka 17,7% dan turun menjadi 16,5% pada tahun 2023. Sedangkan menurut hasil penilaian status gizi balita yang diambil dari aplikasi e-PPGBM pada tahun 2022 sebesar 1,56% atau sebanyak 781 balita stunting dan pada tahun 2023 turun menjadi 1,01% dengan total kasus sebanyak 458 balita dan di tahun 2024 menjadi 0,79% dengan jumlah balita sebanyak 407. Berdasarkan data tersebut di Kabupaten Musi Banyuasin sendiri mengalami tren penurunan yang cukup baik, harapanya target RPJMN 14% tahun 2024 dapat di capai oleh Kabupaten Musi Banyuasin.
Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh Kabupaten Musi Banyuasin salah satunya melalui intervensi Bunda AS, yaitu pemberian makan bersumber pangan lokal berupa makanan siap santap bagi sasaran balita stunting sebanyak 3 kali sehari ditambah kudapan tinggi protein hewani dan susu PKMK sebanyak 2 kali, intervensi ini berlangsung selama 3 bulan. Untuk memperkuat upaya penurunan stunting maka program Bunda AS ini juga mengusung konsep Pentahelix dimana penurunan stunting tugas bersama antara lain melibatkan unsur pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, pengusaha, dan media. Sehingga untuk memperkuat program ini Kabupaten Muba melalui Dinas Kesehatan melibatkan perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Sriwijaya sebagai tim pengkaji dan analisa hasil intervensi yang telah dilakukan selama 3 bulan dan hasil dari kerjasama tersebut berupa profil stunting dan buku laporan program Bunda AS Tahun 2023 yang diserahkan langsung oleh unsri ke pemkab muba. Pada kesempatan ini juga melalui kepala dinas kesehatan melaksanakan peluncuran buku saku petunjuk pelaksanaan Bunda AS Tahun 2024. Buku ini diharapkan dapat menjadi pedoman pelaksanaan Bunda AS bagi lintas sektor terkait yang ini menduplikasi dan meneruskan program ini sebagai upaya pencegahan stunting kedepannya.